Saturday, June 27, 2015

استوقفتني صلاة الثلث الآخر من الليل

استوقفتني صلاة الثلث الآخر من الليل فوجدت عجباً:

-أنّ الصلاة المكتوبة نداءها بصوت البشر، و صلاة الثلث الآخر من الليل نداءها من رب البشر.

-الصلاة المكتوبة يسمع نداءها كل البشر، وصلاة الثلث الآخر يستشعر نداءها  بعض البشر.

-الصلاة المكتوبة نداءها: (حي على الصلاة؛ حي على الفلاح)، وصلاة الثلث الآخر من الليل نداءها: (هل من سائلٍ فأعطيه..).

-الصلاة المكتوبة يُؤديها أغلبُ المسلمين؛ بينما صلاة الثلث الآخر يُؤديها من إصطفاهم الله من المؤمنين.

-الصلاة المكتوبة ربما يصليها البعض رياءً، بينما صلاة الليل لا يُصليها أحدٌ الا خُفيةً خالصةً لله.

-الصلاة المكتوبة يمتزج في أدائها التفكير بمشاغل الدنيا ووساوس الشيطان؛ بينما صلاة الثلث الآخر هي إنقطاعٌ عن الدنيا وبناءٌ للدار الآخرة.

-الصلاة المكتوبة ربما تؤديها لكي تُقابل أحدا في المسجد فتتبادل أطراف الحديث معه؛ بينما صلاة الليل تؤديها لكي تأنس بالحديث مع الله و تتكلم معه وتبث همك وسُؤلك.

-الدعاء في الصلاة المكتوبة ربما يُجاب؛ بينما صلاة الثلث الآخر من الليل وعد الله عباده بالإجابة (هل من سائل فأعطيه).

-أخيراً صلاة الثلث الآخر من الليل لا يوفق بالقيام بها الا من أراد الله له أن يأنس بالحديث معه وسماع همومه وشكواه؛ لأنه من أقرب البشر له .

فهنيأً لمن حصل على بطاقة دعوة من رب العزة والجلال للجلوس بين يديه وسماع حديثه والتلذذ بمناجاته"

لاتحرم نفسك وغيرك فربما تشجع احد للقيام في الثلث الأخير من الليل ..                                            منقول

Saturday, June 20, 2015

Nabi Muhammad SAW Seorang Ummi

Kenapa Rasulullah Muhammad SAW hingga akhir hayatnya tetap buta huruf, padahal ayat pertama yang beliau terima saja menyuruh untuk membaca (Q.S. Al  ‘Alaq)?
Yang kita tahu, batasan orang yang terpelajar dengan yang tidak terpelajar paling mendasar adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Rasulullah yang mata pencahariannya berdagang pasti paham perhitungan, tapi kenapa tidak untuk membaca dan menulis Rasulullah.
Apakah ada alasan khusus?
-------------------------------------------
Fakta-fakta (1-3)

1. Rasulullah SAW ummi dan berasal dari kaum yang ummi
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al-Jumu’ah (62): 2)

Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. adalah Rasul-Nya yang berasal dari kaum yang buta huruf.

2.  Ketika turun wahyu pertama, Jibril memerintahkan Rasulullah SAW untuk membaca dan beliau tidak bisa membaca.

3.  Orang Yahudi dan Nasrani menunggu nabi yang ciri-cirinya adalah seorang yang ummi.
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ
Artinya : ”(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.” (QS. Al A’raf : 157)
 
-------------------------------------------------
Hikmah dijadikannya ummi:

1.  Bahwa nabi SAW hidup di tengah-tengah kaum yang buta huruf. Namun tidak bisa baca dan tulis bukan berarti lambang kebodohan, sebab masyarakat tempat di mana beliau hidup memang tidak punya budaya baca tulis. Mengapa demikian?
Ada beberapa analisa yang sempat mengemuka. Salah satunya adalah fakta bahwa orang Arab punya kelebihan dalam mengingat kalimat dengan teramat sempurna. Buat mereka, menghafal 100 bait syair cukup dengan sekali mendengar. Sehingga kalau semua hal bisa dihafal, buat apa lagi ditulis.

2. Bahwa di zaman Rasulullah SAW, orang yang mendapatkan predikat intelektual adalah para penyair, yang memiliki kemampuan untuk menyusun bait-bait syair. Al-Quran diturunkan dengan rangkaian kata yang indah, mengalahkan syair-syair padahal Rasulullah tidak pernah menuliskan syair.

3. Al-Quran memuat cerita-cerita kaum terdahulu. Predikat ummi menghilangkan tuduhan orang-orang kafir terhadap Rasulullah saw bahwa Al Qur’an diambil dari orang lain, atau dinukil dari kitab-kitab sebelumnya.

4.  Sebagai nabi yang ditunggu oleh Yahudi dan Nasrani, ke-ummi-an Rasulullah SAW membuatnya tidak punya akses kepada kitab dan literatur agama samawi sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang Arab yang tinggal di Makkah, beliau berbahasa Arab dan tidak paham bahasa Suryani atau Ibrani, dua bahasa yang digunakan oleh umat Nasrani dan Yahudi. Beliau tidak melek kitab samawi terdahulu. Maksudnya, beliau tidak bisa baca kitab Taurat, Injil dan Zabur.

Agama Yahudi dan Nasrani sama-sama mengharamkan babi, khamar, zina, pembunuhan, serta memberlakukan hukum hudud dan potong tangan.
Ternyata, Al-Quran juga turun dengan esensi yang serupa, meski dengan beberapa penyesuaian.

Akhirnya, kita mengagumi bagaimana Allah, Sang Pencipta, telah mempersiapkan sesosok manusia biasa ciptaanNya sebagai utusanNya yang ciri-ciri-nya telah disebutkan pada kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada umat-umat ratusan (bahkan ribuan) tahun sebelum kelahiranya:
 
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya : ”Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; Andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)

Tuesday, June 16, 2015

Ibroh dari Perangkap Monyet (Monkey's Trap)

Di Afrika, ada sebuah teknik yang unik untuk berburu monyet di hutan Afrika. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan & obat bius.
Cara menangkapnya sederhana saja. pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma utk mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dgn menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.


Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa ?

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan utk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak.

Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tdk akan dapat pergi ke-mana2!
Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya banyak manusia melakukan hal yang sama seperti monyet-monyet itu.

--------------------------------------------------

Mereka mengambil dan mengenggam dunia ini sebanyak-banyaknya, menyeret mereka dalam kerakusan dan ketamakan. Tak sadar bahwa ketamakannya itu telah menjebaknya dalam lubang permasalahan yang berat, tak sedikit yang terseret dalam penjara, bahkan banyak pula yang kehilangan nyawa saling berbunuh-bunuhan karena harta dunia, layaknya monyet mengenggam kacang.

Andai saja monyet itu mengambil sedikit-sedikit kacang itu dan memakannya, tentulah dia selamat dan menikmati kacangnya. Tapi ketamakannyalah yang membuat tangannya terjebak dalam lobang hingga bisa jadi dia mati menggenggam kacang. Dan tragisnya dia bahkan tidak sempat merasakan kacang itu..

Andai saja manusia itu tidak tamak, mengambil dunia hanya sekadarnya saja untuk bekal beribadah tentu akan selamat. Tidak terjebak pada penyakit hubbud dunya.

Banyak para salafus shaleh dahulu memberi contoh utk mengambil dunia itu hanya sekedar bisa menegakkan tulang punggungnya untuk sekedar dapat berdiri beribadah.

Semoga Bermanfaat dan semoga semua aktifitas kita menjadi ibadah dan diridhoi Allah SWT.

==============================
The Monkey’s Trap 
http://www.inspirationalstories.com/2/233.html

An interesting system has been used for capturing monkeys in the jungles of Africa. The goal is to take the monkeys alive and unharmed for shipment to zoos of America. In an extremely humane way, the captors use heavy bottles, with long narrow necks, into which they deposit a handful of sweet-smelling nuts. The bottles are dropped on the jungle floor, and the captors return the next morning to find a monkey trapped next to each bottle.

How is it accomplished? The monkey, attracted by the aromatic scent of the nuts, comes to investigate the bottle, the nuts, and is trapped. The monkey can't take its hand out of the bottle as long it's holding the nuts, but it is unwilling to open its hand and let them go. The bottle is too heavy to carry away, so the monkey is trapped.

We may smile at the foolish monkeys, but how often we hold to our problems so tenaciously as the monkeys hold to the nuts in the bottle. And so, figuratively we carry our bottle around with us, feeling very sorry for ourselves, and begging for sympathy from others, even from God.