Kenapa Rasulullah Muhammad SAW hingga
akhir hayatnya tetap buta huruf, padahal ayat pertama yang beliau terima saja
menyuruh untuk membaca (Q.S. Al ‘Alaq)?
Yang kita tahu, batasan orang yang
terpelajar dengan yang tidak terpelajar paling mendasar adalah kemampuan
membaca, menulis dan berhitung. Rasulullah yang mata pencahariannya berdagang
pasti paham perhitungan, tapi kenapa tidak untuk membaca dan menulis
Rasulullah.
Apakah ada alasan khusus?
-------------------------------------------
Fakta-fakta
(1-3)
1. Rasulullah SAW ummi dan berasal
dari kaum yang ummi
هُوَ الَّذِي
بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah (62): 2)
Ayat ini menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. adalah Rasul-Nya yang berasal
dari kaum yang buta huruf.
2. Ketika turun wahyu pertama, Jibril memerintahkan Rasulullah SAW untuk membaca
dan beliau tidak bisa membaca.
3. Orang Yahudi dan Nasrani menunggu nabi
yang ciri-cirinya adalah seorang yang ummi.
الَّذِينَ
يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا
عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ
Artinya : ”(yaitu)
orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.” (QS. Al A’raf :
157)
-------------------------------------------------
Hikmah dijadikannya ummi:
1. Bahwa nabi SAW hidup di tengah-tengah kaum yang buta huruf. Namun tidak bisa baca dan tulis bukan berarti lambang kebodohan,
sebab masyarakat tempat di mana beliau hidup memang tidak punya budaya baca
tulis. Mengapa demikian?
Ada beberapa analisa yang sempat
mengemuka. Salah satunya adalah fakta bahwa orang Arab
punya kelebihan dalam mengingat kalimat
dengan teramat sempurna. Buat mereka, menghafal 100
bait syair cukup dengan sekali mendengar. Sehingga kalau semua hal
bisa dihafal, buat apa lagi ditulis.
2.
Bahwa di zaman Rasulullah SAW, orang yang mendapatkan predikat intelektual
adalah para penyair, yang memiliki kemampuan untuk menyusun bait-bait
syair. Al-Quran diturunkan dengan rangkaian kata yang indah, mengalahkan
syair-syair padahal Rasulullah tidak pernah menuliskan syair.
3.
Al-Quran memuat cerita-cerita kaum terdahulu. Predikat ummi menghilangkan tuduhan orang-orang
kafir terhadap Rasulullah saw bahwa Al Qur’an diambil dari orang lain, atau
dinukil dari kitab-kitab sebelumnya.
4.
Sebagai nabi yang ditunggu oleh Yahudi dan Nasrani, ke-ummi-an
Rasulullah SAW membuatnya tidak punya akses kepada kitab dan literatur agama samawi
sebelumnya.
Nabi
Muhammad SAW adalah seorang Arab yang tinggal di Makkah, beliau berbahasa
Arab dan tidak paham bahasa Suryani atau Ibrani, dua bahasa yang digunakan oleh
umat Nasrani dan Yahudi. Beliau tidak melek kitab samawi terdahulu.
Maksudnya, beliau tidak bisa baca kitab Taurat, Injil dan Zabur.
Agama Yahudi dan Nasrani sama-sama mengharamkan babi, khamar,
zina, pembunuhan, serta memberlakukan hukum hudud dan potong tangan.
Ternyata, Al-Quran juga turun dengan esensi yang serupa, meski
dengan beberapa penyesuaian.
Akhirnya, kita mengagumi bagaimana Allah, Sang Pencipta, telah mempersiapkan sesosok manusia biasa ciptaanNya sebagai utusanNya yang ciri-ciri-nya telah disebutkan pada kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada umat-umat ratusan (bahkan ribuan) tahun sebelum kelahiranya:
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن
قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَّارْتَابَ
الْمُبْطِلُونَ
Artinya : ”Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran)
sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan
kananmu; Andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang
yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)